Friday, October 31, 2014
Jumatulis Season 2 - 06 SMA - Tentang Ti ( Lagi )
Oke, dari judulnya mungkin bisa ditebak, ini lagi-lagi tentang si Ti, yah, dan ini lagi-lagi tentang tema dari grup yang diikutin sama Ti, temanya ialah SMA.
hahaha!! Ti, tertawa dalam hati, setelah sekian lama bengong sambil kerja, dan juga melamun sambil ngeprint laporan dan ngecek kertas kerja sekalian dengerin lagu, dia belom bisa mutusin mau nulis tentang apa.
Sementara itu, dalam pikirannya berputar kembali kejadian-kejadian masa SMA yang, yah, kalau mau dikatakan indah, yah bisalah, secara yah, SMA St. Fransiskus Assisi tempat Ti melanjutkan pendidikannya setelah SMP ini salah satu sekolah favorit, tempatnya strategis, di depan gerbang sekolah ada warnet 2 biji, sampingnya warnet ada warung kopi, terus lurus lagi, pas di persimpangan ada rental ps juga, dan berderetan juga warung makanan.. Itu di depan gerbang langsung loh, nah, kalo di pintu belakang yang bisa dipanjatin, itu ada tempat buat maen biliard, warnet, serta warung kopi juga. Belom lagi peraturan sekolah yang memperbolehkan siswa-siswi untuk berpakaian bebas rapi dari hari selasa-sabtu, serasa anak kuliah gitu. dan boleh dibilang, hal ini dibanggakan siswa-siswi sekolah itu.
Terbayang oleh Ti, hari pertamanya masuk sekolah ini, Masa Orientasi Siswa atau yang biasa disebut MOS, kegiatan geblek yang cuman mo nunjukkin superiornya sebuah sistem senioritas yang ga bermanfaat sama sekali kalo isinya cuman buat bentak-bentak dan ngehukum siswa-siswi baru dengan hal yang ga lumrah seperti ngebawa kacang hijau terus musti diitung, atau ngajakin tiang voli pacaran, juga atribut-atribut memalukan kayak topi dari koran atau name tag gede2 dari plastik hitam yang ditempelin karton putih dengan nama-nama pemberian bodoh yang mesti dipakai. HAH! Geblek.
Jadi, selama seminggu MOS, hanya hari pertama dan hari terakhir Ti menampakkan diri di sekolah, sisanya dihabiskan di warnet, dan sepertinya keputusan itu cukup tepat, mengingat dia punya kenalan beberapa anak kelas 3 yang juga panitia yang bisa dimintain tolong untuk mengisi absennya setiap hari. Dia aman dari perploncoan, nggak nambah musuh kayak temen sekelasnya si Parjo yang sempet berantem ama senior yang ujung-ujungnya, seperti biasa, dikroyok tuh anak.
Masa-masa MOS yang nggak diikutin Ti pun lewat, dan kegiatan sekolah bakal dimulai dengan temen-temen baru, tepatnya baru ketemu lagi setelah berpisah karna lain SMP.
yah, segelintir wajah yang baru dikenal memang ada, dan yang tak disangka, ternyata, Maria, sang pacar pertama (belum pernah ada kata putus, jadi belom jadi mantan) juga sekolah di situ, nggak mustahil sih, toh SMP Maria yah di situ juga, jadi ga aneh kalo dia ngelanjutin di SMA yang sama.
Dia masih cantik dan manis, pikirnya, dan ketika ada saat mereka berpapasan atau bertegus sapa, sorakan teman-teman membahana, kisah mereka ternyata diketahui khalayak ramai, hahahaha. Dan sampai saat ini Ti masih sedikit merenung, mengapa dia bisa pisah begitu aja ya ?
Ada juga saat Ti yang diketahui jago buat puisi dimintain tolong untuk ngebuat surat cinta sama temennya yang mo nembak cewek gebetannya setelah dua tahun memendam rasa, HAHAHAHA!
Surat cinta ? yes, surat cinta, masih jamannya kok, secara handphone masih mahal, dan ga semua orang punya.
dan ketahuilah, ternyata cewek yang ditembak temennya itu malah sukanya sama Ti, bahkan dia bisa tahu, surat cinta itu Ti yang buat, bukannya si Yanto. Ajaibnya lagi, ga berapa lama setelah Yanto ditolak dengan alasan klasik "masih pengen fokus skolah" eh Ti ama Evi jadian, dan ini sungguh sangat menyakiti perasaan Yanto yang kemudian stop bertegur sapa dengan Ti karena dianggep merebut sang pujaan hati.
Well, meski kemudian kisah mereka kandas setelah Ti merasa jenuh, dan kisah komplitnya terlalu pedih untuk diceritakan, karena Ti masih teramat menyesal dengan keputusannya itu.
Diingatnya juga saat mereka yang masuk di tim basket sekolah harus berjuang keras ngajuin proposal dan izin hanya untuk ikut kejuaraan antar sekolah, mendaftar dengan uang patungan dengan harapan kecil tuh duit diganti padahal ngebawa nama sekolah. Lalu ada juga perselisihan antar etnis yang bikin heboh sekolah sampai-sampai menelpon polisi beberapa kali.
Shiet, kenapa jadi nostalgia sendiri gini, pikirnya. Ti masih bengong dan layar laptop di depannya masih putih, hanya terisi pada bagian judul.
tak lama, jari-jarinya mulai menekan pelan keyboard sambil mengingat masa yang dirasanya masih terindah sampai saat ini.
"kisahku, kisahmu teman"
kisahku, kisahmu teman,
hanya sekian tahun.
ada gila, ada bodoh, ada canda serta tawa
meski juga kadang ada selisih kata, dan hampir saja bertukar bogem mentah
tapi di akhir kita bisa tertawa mengenangnya.
kisahku, kisahmu teman,
mungkin hanya sekejap dirasakan,
dan tak sama di beberapa bagian,
namun semoga sepanjang hidup masih bisa diterakan.
kisahku, kisahmu teman,
tak seiring harus berjalan, tapi sama-sama berjuang.
mengejar cinta, bertarung dengan keluh kesah,
menikmati hidup, dan lain sebagainya.
sampai nanti kita bertemu lagi
duduk bersama sambil tertawa, saling berbagi cerita .
kisahku, dan kisahmu teman.
itu ada, dan nyata.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
@sayah_ian 31 Oktober 2014
salam berantakan..~~
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Cieee kang asep..wisata kenangan....cieeee....
ReplyDelete