Thursday, November 21, 2024

Dulu dan Sekarang

Ketika menyerah adalah satu pilihan, tapi kewajiban dan tanggung jawab mencegah itu terjadi. 

Terjebak di antara terus dengan siksa, atau berhenti dengan luka dan tak lagi punya arah.

Sedalam itu aku tenggelam. hingga akhirnya aku sadar, aku tak lagi normal, aku bukan orang biasa, aku, biasa yang mereka sebut gila.

Salah satu tulisku yang terakhir, dan semakin aku kehilangan arah saat ini. Mulai menarik diri, ingin bersembunyi, tapi tak mungkin bukan ?
Harusnya aku lebih tahu itu, dan akhirnya aku banyak mengeluh, menghindar dan mencari berbagai alasan yang aku sendiri tak tahu untuk apa.

Aku membaca salah satu pesan dari teman, bahagiakan dirimu sendiri, jadikan dirimu manusia yang memanusiakan orang lain dan juga dirimu sendiri, ada juga saran, dekatkan lagi dirimu dengan Tuhan.
Selain itu, ada juga kata-kata penyemangat, dan berbagai lainnya.
Heran aku, apa aku ini sekarang ?

Dunia tidak berputar untukku, sudah sadar itu sejak dulu, dari kanak-kanak hingga menjadi seorang ayah, jadi banyak sekali yang membuatku yakin sendiri adalah kunci. Tapi sekarang sendiri tak sama, kadang damai dan kadang emosi, lebih banyaknya aku merasa sepi. Padahal tidak seperti itu, dulu.
Membacalah aku sebagian cerita di tahun-tahun dulu, ternyata, gejala itu sudah hampir 10 tahun yang lalu, ada sepenggal cerita, ada banyak tulisan terputus-putus dan hingga sumpah serapah.
Tak jelas apakah sudah sejak lama dan kini membuncah, atau hanya aku yang membesar-besarkannya saja.

Sekarang, sesulit itukah untuk tenang?
Sesusah itukah untuk senang?
Sekarang, sepenting itu untuk hening.
Seperlu itu untuk mencari jeda.



 

Wednesday, November 20, 2024

Aku, Gilaku.

 hey.. kenalin, aku gilaku

terlahir dari sejak kapan,gilaku ga tau.

yang dia tahu, dia berceloteh dengan banyak ide, kadang mencemaskan, kadang menakutkan.

di saat pertama gilaku mulai sibuk bercengkrama dan bersabda,

ntah kenapa dia ga terima, gilaku tertahan seperti tawanan.

padahal gilaku ngerasa ga ad salah apa-apa.

gilaku cuman bantu si dia memikirkan, memperpanjang bahan dan beban yang ada, seberapa panjang dan ntah itu mencemaskan, menakutkan, gilaku hanya meneruskan..


dan sekian lama,,gilaku hanya seperti biasa, meneruskan pertanyaan-pertanyaan, memanjangkan pikiran, walaupun dengan batasan batasan. hanya itu, sampai akhirnya dia sepertinya menyerah, membiarkan gilaku bebas lepas meneruskan cemas.


gilaku senang, sepertinya tenang, tapi gilaku tertawa senang.


gilaku bebas.

hehe, gilaku tak lagi terbatas.

Jawabku

 

"Simpan perasaan ini untuk masing-masing kita." pesanmu terakhir kala itu.

Maaf, tapi aku tak bisa
Aku sudah coba tenggelam dalam cerita
menghabiskan waktu dengan kerja
melemahkan raga jiwa dengan lelah
namun sepertinya gagal adanya.

sebagian dari aku tak bisa lupa, sebagian dariku menyerah
sebagian dari aku bersikeras tak mau rela, sebagian dariku berusaha baik-baik saja
sebagian dari aku masih bermimpi di dalam kisah, sebagian dariku sudah menghadapi nyata
sebagian dari aku menjaga luka, tak mau melangkah dari hati yang patah..

Aku tahu kita sama-sama tak berdaya
dan sungguh, harapku tak henti untuk kamu selalu bahagia
dan maafku sekali lagi
aku tak bisa berhenti dalam rasa dan kata "aku mencintaimu".