Thursday, March 20, 2025

Apa itu hidup?

Apa itu hidup?

Tidur saat gelap malam, bangun saat terang matahari menjelang, beraktivitas di kala pagi hingga nanti senja merona, semua berputar, berulang tanpa henti sepanjang dunia menentukan waktunya.

Satu hari, 24 jam, 1.440 menit, 86.400 detik. Habis hanya begitu-begitu saja.

Kadang ada yang menyenangkan di dalam rentang, tapi lebih banyak ketidakwarasan yang menguasai medan pikiran.

Waktu, konon katanya yang bisa menyembuhkan, tapi waktu jugalah yang paling menyiksa tanpa kasihan, walau waktu juga bisa memberi harapan. Dalam hidup, waktu berkuasa, sepenuhnya di tangan-Nya dengan nama takdir, dengan nama nasib, dengan nama apapun itu yang dikenal manusia.


Menurutku, apa itu hidup?

Penantian bersama suka, duka, derita, lara dan cerita hingga waktu tercatat habis di dunia. Yang habis hanya untuk tumbuh hingga nanti kembali jadi debu. Terpaksa menerima dari awal saat bersuara, baik atau buruk dengan sakit dan sehat yang bertukar peran semaunya, hingga nanti tak lagi bisa bersuara.


Menurutmu, apa itu hidup?

Wednesday, February 26, 2025

Kali Berikutnya

Selamat pagi, semoga harinya menyenangkan dan kamu bahagia.

Apa kabar? 

Lama tak berbincang, lama juga tak melihat rupamu.

Maaf, aku masih punya rindu ke kamu.


Banyak banget yang rasanya pengen dikeluhkan, pengen ditumpahkan, dan kadang hanya ingin bercerita, sehingga bisa membaca balasan kata dan dorongan semangat dari kamu. Sebaliknya juga, pengen tahu kabarmu, cerita hari-harimu, juga melihat senyum manis dan rambut tebal indahmu yang terurai.

Capek yang masih mengikuti dari tahun lalu, tak bisa teralihkan walau sedikit.

Maaf, aku tahu kamu ingin lupa, meminta waktu untuk menghilangkan semua.

Dan disini, aku masih sama egoisnya, tak mau rela dan tak bisa lupa.

Bagaimana bisa aku lupa? Karena kutahu cintaku bukan lewat mata, tapi dari hati dan jiwa, walau terpisah jarak dan tak bisa mendekap, suatu keniscayaan bisa melupakan.


Depresi, terbebani, dan sekarang tanpa ada lagi ruang berbagi, aku hanya menunggu waktu untuk mati yang kesekian kali. Tak ada lagi yang patut dirayakan, selain patah yang kian dan sakit perlahan, juga gila yang semakin menguasai.

Kali berikutnya, jika gilaku yang menang, mungkin sudah saatnya bisa tenang. Aku akan hilang dan biar gilaku yang menggantikan aku terbang.

Tuesday, December 31, 2024

Rinjani



Mirip tapi tak sama, beda ribuan kilometer jaraknya.

Semoga bisa kembali berjumpa ya.

Perjalanan yang tak terlupa, dingin menusuk dengan angin kencang menuju puncaknya, Pemandangan memanja mata dan sekecil itu manusia di tengah raksasa alam ciptaan-Nya.

Rinjani, seindah dan semegah itu, yang pasti membuat rindu.

Antara

Kekosongan yang kini menjadi-jadi, sampai sudah pikiran ini mendadak menggambar mati.

Hidup bertahan karena bernafas dan makan, tapi di dalamnya seperti badai, pikiran tak jelas dan kosong tak berisi.


Karena pikiranku kah? Atau karena kehilanganmu kah? 

Tiba-tiba menjadi asing, kehendakmu kah? atau akibatku kah?

Maaf, aku rindu, pelepas lelahku. Kamu tempatku mengeluh dan terbuka, tempatku menjadi diri sendiri apa adanya, dengan segala buruk yang lebih banyak dari baiknya.

Maaf, mungkin kamu juga lelah, tak pernah aku ada saat kamu perlukan.

Tak yakin hariku bertahan lama, kosong ini semakin berkuasa.

Tolong beri aku jawaban, apakah sudah tak ada lagi masa?


Mati di dalam hidupnya yang tak kurang apa-apa.

Mati di dalam hidupnya yang tak punya apa-apa.


Mati.. Semua yang ada di dalam kepala dan hati.

Hidup.. Semua karena organ masih berfungsi.

Thursday, November 21, 2024

Dulu dan Sekarang

Ketika menyerah adalah satu pilihan, tapi kewajiban dan tanggung jawab mencegah itu terjadi. 

Terjebak di antara terus dengan siksa, atau berhenti dengan luka dan tak lagi punya arah.

Sedalam itu aku tenggelam. hingga akhirnya aku sadar, aku tak lagi normal, aku bukan orang biasa, aku, biasa yang mereka sebut gila.

Salah satu tulisku yang terakhir, dan semakin aku kehilangan arah saat ini. Mulai menarik diri, ingin bersembunyi, tapi tak mungkin bukan ?
Harusnya aku lebih tahu itu, dan akhirnya aku banyak mengeluh, menghindar dan mencari berbagai alasan yang aku sendiri tak tahu untuk apa.

Aku membaca salah satu pesan dari teman, bahagiakan dirimu sendiri, jadikan dirimu manusia yang memanusiakan orang lain dan juga dirimu sendiri, ada juga saran, dekatkan lagi dirimu dengan Tuhan.
Selain itu, ada juga kata-kata penyemangat, dan berbagai lainnya.
Heran aku, apa aku ini sekarang ?

Dunia tidak berputar untukku, sudah sadar itu sejak dulu, dari kanak-kanak hingga menjadi seorang ayah, jadi banyak sekali yang membuatku yakin sendiri adalah kunci. Tapi sekarang sendiri tak sama, kadang damai dan kadang emosi, lebih banyaknya aku merasa sepi. Padahal tidak seperti itu, dulu.
Membacalah aku sebagian cerita di tahun-tahun dulu, ternyata, gejala itu sudah hampir 10 tahun yang lalu, ada sepenggal cerita, ada banyak tulisan terputus-putus dan hingga sumpah serapah.
Tak jelas apakah sudah sejak lama dan kini membuncah, atau hanya aku yang membesar-besarkannya saja.

Sekarang, sesulit itukah untuk tenang?
Sesusah itukah untuk senang?
Sekarang, sepenting itu untuk hening.
Seperlu itu untuk mencari jeda.



 

Wednesday, November 20, 2024

Aku, Gilaku.

 hey.. kenalin, aku gilaku

terlahir dari sejak kapan,gilaku ga tau.

yang dia tahu, dia berceloteh dengan banyak ide, kadang mencemaskan, kadang menakutkan.

di saat pertama gilaku mulai sibuk bercengkrama dan bersabda,

ntah kenapa dia ga terima, gilaku tertahan seperti tawanan.

padahal gilaku ngerasa ga ad salah apa-apa.

gilaku cuman bantu si dia memikirkan, memperpanjang bahan dan beban yang ada, seberapa panjang dan ntah itu mencemaskan, menakutkan, gilaku hanya meneruskan..


dan sekian lama,,gilaku hanya seperti biasa, meneruskan pertanyaan-pertanyaan, memanjangkan pikiran, walaupun dengan batasan batasan. hanya itu, sampai akhirnya dia sepertinya menyerah, membiarkan gilaku bebas lepas meneruskan cemas.


gilaku senang, sepertinya tenang, tapi gilaku tertawa senang.


gilaku bebas.

hehe, gilaku tak lagi terbatas.

Jawabku

 

"Simpan perasaan ini untuk masing-masing kita." pesanmu terakhir kala itu.

Maaf, tapi aku tak bisa
Aku sudah coba tenggelam dalam cerita
menghabiskan waktu dengan kerja
melemahkan raga jiwa dengan lelah
namun sepertinya gagal adanya.

sebagian dari aku tak bisa lupa, sebagian dariku menyerah
sebagian dari aku bersikeras tak mau rela, sebagian dariku berusaha baik-baik saja
sebagian dari aku masih bermimpi di dalam kisah, sebagian dariku sudah menghadapi nyata
sebagian dari aku menjaga luka, tak mau melangkah dari hati yang patah..

Aku tahu kita sama-sama tak berdaya
dan sungguh, harapku tak henti untuk kamu selalu bahagia
dan maafku sekali lagi
aku tak bisa berhenti dalam rasa dan kata "aku mencintaimu".